Sabtu, 05 Mei 2012

Berislam Ternyata Tidak Gampang

Ada beberapa kalangan mengatakan, "Berislam ternyata tidak gampang, ada konsekuensi-konsekuensi yang terasa berat dijalani". saya kaget mendengar ucapan tersebut. Mereka yang tampak sungguh-sungguh menjalankan ajaran Islam, masih mengucapkan kata-kata ninir seperti itu. Saya termenung dibuatnya, namun saya juga tertantang untuk menyelidiki mengapa mereka melontarkan kalimat seperti itu. Sebab yang saya tahu, berislam itu mudah. Buktinya, dengan menapaki jalan ini kemudahan-kemudahan hidup dapat diraih di berbagai aspek, nikmat-nikmat Allah senantiasa terlimpah kepada mereka yang teguh memegang ajaran Rosululloh SAW.
Setelah diselidiki, sikap saudara-saudara kita tadi diawali oleh serangkaian peristiwa yang mereka alami. Ternyata mereka mengenal Islam saat sudah dewasa. Mereka yang dulu teman pergaulannya adalah orang-orang yang tidak begitu akrab dengan Al-Quran. Nah, saat mereka mulai berinteraksi dengan orang-orang ngaji, mereka mulai berkeinginan untuk belajar Al-Quran secara baik. Namun, hambatan psikis -terutama rasa gengsi- sering kali menghalangi dirinya untuk all out dalam belajar Al-Quran.
Jumlah saudara kita yang bertipikal seperti itu cukup banyak. Rasa kurang percaya diri untuk bergabung dengan kelompok pengajian sering menghantuinya, takut disuruh baca. Kendala tersebut menghambat mereka untuk bersama-sama belajar Islam secara baik. Mungkin berawal dari sini muncul pandangan "Berislam itu berat". Maka kewajiban kita sekarang adalah membangkitkan semangat, motivasi saudara-saudara kita, memunculkan keikhlasan menikmati jamuan Al-Quran dan dapat bersama-sama belajar Al-Quran dan Islam secara baik dan benar kepada Asatidz dan Masyayikh.
Disisi lain(kedua), kita menjumpai sesuatu yang paradoks dengan fenomena diatas. Sekelompok kaum muslimin yang akrab dengan Al-Quran, hampir setiap hari membacanya, namun amat jarang meraih manfa'atnya. Mereka bahkan merasa jemu denga rutinitas tersebut, karena tidak dapat menikmati bacaan Al-Qurannya sendiri. Mereka hanya terbawa lingkungan yang membudaya untuk membaca Al-Quran. jumlah kelompok kedua ini hampir mirip dengan kelompok pertama yang banyak dan ada diberbagai tempat. Seiring dengan pejalanan waktu 'penyakit' alam modern tersebut mencengkrampara akivis muslim. Mereka merasakan kehampaan saat berinteraksi dengan Kitab Suci Akhir Zaman. Tidak itu saja, bahkan mereka mengatur jarak dengan Al-Quran dengan alasan untuk mengurangi rasa bosan, jika demikian apa yang semestinya kita lakukan untung menanggulangi kasus-kasus seperti itu ?

Ada banyak cara membangkitkan semangat dan gairah manusia berkenan dengan Al-Quran, diantaranya :

  1. Mengenalkan seluk beluk Al-Quran lebih mendalam.Dengan cara tersebut diharapkan tumbuh rasa senang dan bangga berinteraksi dengan Al-Quran. Sebuah kitab yang yang dalam kurun waktu sapai berabad-abad lamanya tetapi keaslian isinya tetap tidak pernah berubah, sebuah kitab yang dari zaman kezaman tidak pernah surut dari dinamika penjelasan , pemahaman, dan pengruh positifnya terhadap segenap umat manusia.
  2. Mengenalkan keutamaan-keutamaan atau fadhilah dan khasiat Al-Quran. Cara inilah yang dilakukan oleh Nabi SAW dan generasi sesudahnya serta telah terbukti evektif mativasi umat untuk belajar membaca dan mendalami kandungan Al-Quran. Mereka berlomba-lomba mengejar fadhilahnya disetiap waktu. Jika sebagian dari mereka tampak agak lesu, maka fadhilah-fadhilahnya kembali diembuskan ditelinga mereka oleh para Ulama'nya.
  3. Dengan men-Tahzir, yaitu memberikan peringatan-peringatan bahaya jika jauh dari Al-Quran. Bahwa sederet persoalan hidup dan tipu daya setan akan mengusai dirinya jika seorang Muslim tidak lagi menjadikan Al-Quran sebagai bacaan pokoknya, apalagi jika menjauhkan diri dari kelompoknya.  

    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar